...new season, new hope, and new spirit...

Pemain Bintang Yang Gagal Bersinar di Inter (part 4)


Andrea Pirlo 1998/1999 – 2000/2001

Andrea Pirlo lahir di Flero , Lombardy, Italia pada tahun 1979, ia memulai karir profesionalnya di tim junior Brescia di musim 1994/95, setahun kemudian ia  ditarik ke tim senior Brescia, 4 tahun selama di Brescia ia tercatat bermain dalam 48 pertandingan dengan 6 gol.



Di musim 1998/99 ia didatangkan oleh Mircea Lucescu, pelatih Inter di saat itu. Pirlo bermain di 22 pertandingan Inter, semusim kemudian Mircea Lucescu menanggalkan jabatanya sebagai pelatih Inter, berakhir pulalah karir Andrea Pirlo di Inter. Ia sempat dipinjamkan ke Reggina dan Bresci. Merasa disia – siakan oleh Inter, Pirlo memutuskan untuk menyebrang ke AC Milan.



Di AC Milan ia menunjukan performa terbaiknya, posisinya di lini tengah tidak tergantikan, baik sebagai pengatur irama permainan, maupun sebagai pemberi umpan – umpan matang, ditambah dengan kemampuanya yang memukau dalam mengambil tendangan bebas. Banyak gelar yang ia raih bersama AC Milan. Kini di umurnya yang sudah berkepala tiga ia masih dijadikan tumpuan lini tengah Juventus. Massimo Moratti kini mungkin menyesal seumur hidupnya telah melepaskanya ke AC Milan




Angelo Peruzzi 1999/2000

Angelo Peruzzi lahir pada 16 Februari 1970 di Blera, Viterbo, Italia. Peruzzi memulai karirnya di A.S Roma pada tahun 1987, untuk menambah jam terbangnya di tahun 1989 A.S Roma meminjamkanya ke Verona . Setahun kemudian ia kembali ke A.S Roma, ketika musim 1990/91 baru dimulai Peruzzi terkena kasus doping, karena mengkonsumsi obat penambah nafsu makan yang mengandung zat terlarang. Peruzzi dikenakan sanksi dengan dinonaktifkan sementara dari klub.



Ketika karirnya dianggap sudah berakhir, dengan mengejutkan di musim  1991/92 Juventus merekrutnya. Peruzzi membalas kepercayaan yang diberikan Juventus dengan penampilanya yang bagus di setiap musim, ia mampu membawa Juventus meraih beberapa gelar, 3 gelar Scudetto, 1 Coppa Italia, 1 Piala Super Italia, 1 Piala UEFA, 1 Piala Liga Champions, dan 1 Piala Interkontinental. Peruzzi pun 2 kali dinobatkan sebagai kiper terbaik di Italia ketika berseragam Juventus.



Di musim 1999/00 karena melihat kegemilangan Peruzzi di Juventus, Inter mendatangkanya ke Giuseppe Meazza. Untuk menularkan keberhasilan Juventus ke Inter Milan, ia mengikuti jejak pelatih Marcelo Lippi yang pindah dari Juventus ke Inter Milan. Peruzzi hanya setahun di Inter, ia hanya mampu membawa Inter di posisi ke 4 di klasemen akhir  Serie A, dan tidak mampu membawa Inter meraih gelar apapun. Kebintanganya ketika berseragam Juventus tidak terlihat ketika ia berganti kostum Inter. Karena dianggap gagal, setahun kemudian manajemen Inter melepasnya ke Lazio. 

Bersama wasit legendaris Italia
Collina


Andy Van der Meyde 2003-2005

Andy Van der Meyde diboyong Inter di musim 2003/04 dari Ajax Amsterdam dengan mahar sebesar  £4 juta. Sebelum bergabung dengan Inter ia menjadi bagian penting Ajax dalam menjuarai Liga Belanda dan Piala KNVB di musim 2001/02. Namanya mencuat ketika ia bermain gemilang di Liga Champions 2002/03, ketika itu ia bersama Mido, Ibrahimovic, Van der Vart, dan Sneijder mampu membawa Ajax sampai ke perempat final Liga Champions.



Di awal musimnya bersama Inter,  ia sempat menunjukan performa terbaiknya, terbukti  dengan gol spektakulernya ke gawang Arsenal,  ketika Inter mencukur Arsenal 3 – 0 di Highbury pada phase grup Liga Champions 2003/04. Pergantian pelatih dari Hector Cuper, ke Alberto Zaccheroni  membuat formasi 4-4-2  yang biasanya diterapkan berubah menjadi 3-4-3, posisi Van der Meyde sebagai pemain sayap didorong agak lebih ke depan membuat penampilanya tidak maksimal, di musim pertamanya di Inter ia hanya bermain di 14 pertandingan.

Arsenal 0 – 3 Inter


Musim 2004/05 Inter kembali berganti pelatih,Roberto Mancini menggantikan peran Alberto Zaccheroni. Formasi  4-4-2 kembali diterapkan, ini merupakan kabar baik bagi Van der Meyde, karena ia dapat bermain di posisi idealnya sebagai pemain sayap murni. Namun cidera yang kerap membekapnya membuatnya gagal untuk menunjukan performa terbaiknya, ia lebih sering dibangku cadangkan oleh Roberto Mancini. Karena penampilanya yang tidak kunjung membaik, manajemen Inter melegonya ke Everton di tahun 2005. Menjadi salah satu pemain Belanda yang mengikuti jejak kegagalan Bergkamp, dan Seedorf, pemain bintang yang meredup ketika bermain di Inter.



Thomas Helveg 2003-2004

Memulai karir profesionalnya di OB Denmark pada taun 1989, Helveg langsung meraih gelar pertamanya, yaitu membawa OB Denmark menjuarai Liga Denmark. 1994 ia dinobatkan sebagai pemain terbaik Denmark, gelar tersebut mengantarkanya masuk ke dalam timnas Denmark. Setelah sukses di negaranya sendiri, ia mencoba untuk menjajal Liga Italia, ia bergabung dengan Udinese di pertengahan musim 1993/94. Walaupun gagal menyelematkan Udinese yang terdegradasi ke Serie B, di musim berikutnya Udinese merekrutnya secara permanen.



Empat musim di Udinese, Helveg selalu menjadi pilihan utama di posisi bek kanan Udinese. Sebelum Piala Dunia 1998 Udinese menjual Helveg ke AC Milan, nilai transfer kepindahanya ke AC Milan, menjadikanya pemain Denmark termahal pada saat itu. Helveg menjadi bagian penting AC Milan ketika meraih Scudetto di musim 1998/99, ia pun menjadi bagaian tim ketika AC Milan mengawinkan gelar LIga Champions dan  Coppa Italia di musim 2002/03,



Musim 2003/04 Helveg memutuskan untuk menyebrang ke Inter Milan, pada awalnya Massimo Moratti mengharapkan kedatanganya ke Inter, Helveg dapat membawa mental juara AC Milan kepada para pemain Inter, namun kenyataanya Helveg tidak mampu bermain sebaik penampilanya di AC Milan. Kebintanganya pudar ketika berseragam Inter, umurnya yang sudah tidak muda lagi menjadi salah satu faktor kegagalanya di Inter, semusim berikutnya ia dilepas ke Norwich City.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar